LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI “ Kisaran Toleransi dan Faktor Pembatas” bab 1
Faktor Pembatas |
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Tujuan
Untuk
mengetahui pengaruh dari salinitas dan
suhu pada ikan mas
B.
Dasar Teori
Air merupakan
media hidup ikan, media itupun berbeda – beda sesuai kadar garam yang di
kandungnya yaitu perairan tawar, laut dan payau. Ikan yang hidup pada air tawar
mempunyai cairan tubuh yang bersifat hipoosmotik terhadap lingkungan yaitu
dalam tubuh ikan lebih besar dari pada kadar garam yang ada di sekitarnya,
sehingga untuk dapat menyesuaikan diri, ikan tersebut banyak mengeluarkan
urine. Batas toleransi yang luas terhadap perbedaan kadar garam di sebut euryhaline,
sedangkan yang mempunyai toleransi yang sempit terhadap perubahan kadar
garam di sebut stenohaline.
Ikan adalah hewan vertebrata berdarah dingin (poikilotermal),
yang pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama menggunakan sirip dan
umumnya bernapas dengan insang serta hidup dalam lingkungan air. Ikan memiliki
mekanisme fisiologi yang tidak dimiliki oleh hewan darat, sehingga
mengakibatkan ikan harus mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan
lingkungannya, disebut osmoregulis.
Di
dalam hukum toleransi Shelford di katakan bahwa besar populasi dan penyebaran
suatu jenis makhluk hidup dapat di kendalikan dengan factor yang melampaui
batas toleransi maka populasi atau makhluk hidup itu akan berada dalam keadaan
tertekan (stress), sehingga apabila melampaui batas itu yaitu lebih rendah dari
batas toleransi minimum atau lebih tinggi dari batas toleransi maksimum, maka
makhluk hidup itu akan mati dan populasinya akan punah dari sistem tersebut.
Faktor Lingkungan Yang Berpengaruh Pada Hewan
1. Air Dan Kelembapan
Air
sangat menentukan kondisi lingkungan fisik dan biologis hewan. Perwujudan
air dapat berpengaruh terahadap hewan. Misalnya jika air dalam tubuh hewan akan
berubah menjadi dingin atau membeku karena penurunan suhu lingkungan,
menyebabkan sel dan jaringan tubuh akan rusak dan metabolosme tidak
akan bejalan normal, sebaliknya penguapan air yang berlebihan dari dalam tubuh
hewan menyebabkan tubuh kekeurangan air.
2. Cahaya
Pada umumnya kehidupan tumbuhan
sangat tergantung pada adanya cahaya matahari, karena energi cahaya matahari
atau foton sangat mutlah untuk fotosentesis. Tidak demikian halnya dengan
hewan, yang seolah-olah tidak selalu membutuhkan cahaya secara langsung. Namun
sebenarnya cahaya matahari mempunyai peranan yang penting khususnya bagi
hewan-hewan diurnal, yang mencari makan dan melakukan interaksi biotik lainnya
secara visual atau mempergunakan rangsang cahaya untuk melihat benda. Untuk
mengetahui efek ekologis dari cahaya matahari, yang perlu deperhatikan ialah
aspek intensitasnya, kalitasnya serta lamanya penyinaran.
3. Salinitas Dan
Garam
Salinitas adalah kondisi
lingkungan yang menyangkut konsentrasi garam di lingkungan perairan dan air
yang terkandung di dalam tanah. Di lingkungan perairan tawar, air cenderung
meresap ke dalam tubuh hewan karena salinitasi air lebih rendah daripada cairan
tubuh. Hewan yang hidup di shabitat laut umumnya bersifat isotonic terhadap
salinitas air laut sehingga tidak ada peresapan air ke dalam tubuh hewan.
4. Temperatur
Temperatur
merupakan faktor lingkungan yang dapt menembus dan menyebar ke berbagai tempat.
Temperatur dapat berpengaruh terhadap hewan dalam proses reproduksi, metabolisme serta aktivitas hidup lainnya. Suhu
optimum adalah batas suhu yang dapat
ditolerir oleh hewan, lewat atau kurang dari suhu tersebut menyebabkan hewan
terganggu bahkan menuju kematian karena tidk tahan terhadap suhu.
5. Adaptasi Organisme
Adaptasi diartikan merupakan kemampuan
individu untuk mengatasi keadaan lingkungan dan menggunakan sumber-sumber alam
lebih banyak untuk mempertahankan hidupnya dalam relung yang diduduki. Ini
bahwa setiap organisme mempunyai sifat adaptasi untuk hidup pada berbagai macam
keadaan lingkungan (Djamal. 1992; 58). Djamal menambahkan bahwa bahwa ada
beberapa jenis adaptasi yakni; adaptasi morfologis, adaptasi fisiologis dan
adaptasi tingkah laku.
6. Biologi Ikan
Pisces (Ikan) merupakan
superkelas dari subfilum Vertebrata yang memiliki keanekaragaman sangat besar
(Sukiya. 2005; 33). Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah
dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok
vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000
di seluruh dunia (Fujaya,1999 dalam Dhamadi. 2009).
Secara
keseluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air suhu air, seperti
vertebrata poikiloterm lain suhu tubuhnya bersifat ektotermik, artinya suhu
tubuh sangat tergantung atas suhu lingkungan (Sukiya.2005;9-10). Selanjutnya Sukiya menambahkan
bahwa beberapa ikan mempunyai perilaku istimewa seperti ikan Glodok yang dapat
berjalan di atas daratan dan memanjat pohon.
7. Fisiologi Respirasi Ikan
Sebagai biota perairan, Ikan
merupakan mendapatkan Oksigen terlarut dalam air. Pada hampir semua Ikan,
insang merupakan komponen penting dalam pertukaran gas, insang terbentuk dari
lengkungan tulang rawan yang mengeras, dengan beberapa filamen insang di
dalamnya (Fujaya. 1999; 103). Menurut Sukiya (2005; 16), Setiap kali mulut
dibuka, maka air dari luar akan masuk menuju farink kemudian keluar lagi
melalui melewati celah insang, peristiwa ini melibatkan kartilago sebagai
penyokong filamen ikan. Selanjutnya Sukiya menambahkan bahwa lamella insang berupa
lempengan tipis yang diselubungi epitel pernafasan menutup jaringan vaskuler
dan busur aorta, sehingga karbondioksida darah dapat bertukar dengan oksigen
terlarut di dalam air. Organ insang pada ikan ditutupi oleh bagian khusus yang
berfungsi untuk mengeluarkan air dari insang yang disebut operculum yang
membentuk ruang operkulum di sebelah sisi lateral insang (Sugiri. 1984; 1966).
Laju gerakan operculum ikan mempunyai korelasi positif terhadap laju respirasi
ikan.
Semakin jauh perbedaan tekanan
osmose antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energy metabolisme yang
dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, namun tetap ada
batas toleransi. Karena itu, pengetahuan ini sangat penting dalam mengelola
kualitas air media pemeliharaan, terutama salinitas. Tidak ada organism yang
hidup pada air tawar tidak melakukan osmoregulasi, pentingnya hal ini maka
praktikum Toleransi Terhadap Salinitas dilakukan.
Setiap organisme didalam habitatnya selalu
dipengaruhi oleh berbagai hal disekelilingnya. Setiap faktor yang berpengaruh
terhadap kehidupan organisme tersebut disebut faktor lingkungan. Lingkungan
mempunyai dimensi ruang dan waktu, yang berarti kondisi lingkungan tidak
mungkin seragam baik dalam arti ruang maupun waktu. Kondisi lingkungan akan
berubah sejalan dengan perubahan ruang, dan akan berubah pula sejalan dengan
waktu. Organisme hidup akan bereaksi terhadap variasi lingkungan ini , sehingga
hubungan nyata antara lingkungan dan organisme hidup ini akan membentuk
komunitas dan ekosistem tertentu, baik berdasarkan ruang maupun waktu. Ada dua hukum yang berkenaan dengan faktor lingkungan sebagai
faktor pembatas bagi organisme , yaitu Hukum Minimum Liebig dan Hukum Toleransi
Shelford.
Hukum
Minimum Liebig menyatakan bahwa pertumbuhan suatu tanaman akan ditentukan oleh
unsur hara esensial yang berada dalam jumlah minimum kritis, jadi pertumbuhan
tanaman tidak ditentukan oleh unsur hara esensial yang jumlahnya paling
sedikit. Dengan demikian unsur hara ini dikatakan sebagai faktor pembatas
karena dapat membatasi pertumbuhan tanaman. Hukum Toleransi Shelford menyatakan bahwa untuk setiap faktor
lingkungan suatu janis organisme mempunyai suatu kondisi minimum dan maksimum
yang mampu diterimanya, diantara kedua harga ekstrim tersebut merupakan kisaran
toleransi dan didalamnya terdapat sebuah kondisi yang optimum. Dengan demikian
setiap organisme hanya mampu hidup pada tempat-tempat tertentu saja, yaitu
tempat yang cocok yang dapat diterimanya. Diluar daerah tersebut organisme tidak dapat bertahan hidup
dan disebut daerah yang tidak toleran.
Meskipun
Hukum Minimum Liebig dan Hukum Toleran shelford pada dasarnya benar namun hukum
ini masih terlalu kaku, sehingga kedua hukum tersebut digabungkan menjadi
konsep faktor pembatas. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kehadiran dan
keberhasilan suatu organisme tergantung pada kondisi-kondisi yang tidak
sederhana. Organisme di alam dikontrol tidak hanya oleh suplai materi yang
minimum diperlukannya, tetapi juga oleh faktor-faktor lainnya yang keadaannya
kritis. Faktor apapun yang kurang atau melebihi batas toleransinya mungkin akan
merupakan pembatas dalam pertumbuhan dan penyebaran jenis.
Untuk
menyatakan derajat toleransi sering dipakai istilah steno untuk sempit dan euri
untuk luas. Cahaya, temperatur dan air secara ekologis merupakan faktor
lingkungan yang penting untuk daratan, sedangkan cahaya, temperatur dan kadar
garam merupakan faktor lingkungan yang penting untuk lautan. Semua faktor fisik
alami tidak hanya merupakan faktor pembatas dalam arti yang merugikan akan
tetapi juga merupakan faktor pengatur dalam arti yang menguntungkan sehingga
komunitas selalu dalam keadaan keseimbangan atau homeostatis.
Setiap hewan memiliki kisaran toleransi yang
bervariasi, maka kehadiran di suatu habitat sangat ditentukan oleh kondisi dari
faktor lingkungan di tempat tersebut. Kehadiran dan kinerja populasi hewan di
suatu tempat menggambarkan tentang kondisi faktor-faktor lingkungan di tempat
tersebut. Oleh karena itu ada istilah spesies indicator ekologi, baik kajian
ekologi hewan maupun ekologi tumbuhan. Species indikatoe ekologi adalah suatu
species organisme yang kehadirannya ataupun kelimpahannya dapat memberi
petunjuk mengenai bagaimana kondisi faktor-faktor fisiko – kimia di suatu
tempat.
No comments:
Post a Comment