BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan
·
Mempelajari penentuan kadar vitamin C dalam tablet dan buah.
1.2 Dasar Teori
Asam askorbat atau lebih dikenal
dengan vitamin C adalah vitamin untuk jenis primat tetapi tidak merupakan
vitamin bagi hewan-hewan lain. Asam skorbat merupakan suatu reduktor kuat.
Bentuk teroksidasinya, asam dehidroaskorbat mudah direduksi dengan berbagai
reduktor seperti glutation karena asam ini tidak dapat berikatan dengan protein
manapun. Sifat fisik dan kimiawi asam askorbat meupakan daerivat monosakarida
yang mempunyai gugus enediol dan mempunyai 2 rumus bangun yang erat, yaitu
sebagai asam askorbat spontan dari udara. Keduanya merupakan bantuk aktif yang
terdapat dalam cairan tubuh yang merupakan Kristal putih tidak berbau, larut
dalam air dan kurang stabil serta tidak larut dalam lemak.
Asam askorbat (vitamin C) banyak
diperlukan dalam metabolism. Sumber vitamin C anatara lain buah sitrun, arbei,
semangka, cabai, tomat, apel, jeruk, kol merah, dan sayur-sayuran yang berdaun
hijau. Vitamin C berperan senagai anti sariawan, anti oksidan dan dapat
meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus.
Kebutuhan vitamin C pada orang dewasa sekitar 45 mg/hari, pasa anak-anak 35 mg/hari.
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan gusi berdarah, sariawan, nyeri otot atau
gangguan syaraf. Kekurangan lebih lanjut mengakibatkan anemia, sering mengalami
infeksi, dan kulit kasar. Sedangkan kelebihan vitamin C dapat menyebabkan
diare. Bila kelebihan vitamin C akibat penggunaan suplemen dalam waktu yang
cukup lama dapat mengakibatkan batu ginjal, sedangakan bila kelebihan vitamin C
yang berasal dari buah-buahan umumnya tidak menimbulkan efek samping.
Secara garis besar, vitamin dapat
dikelompokan menjadi 2 kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam air,
yaitu vitamin A dan vitamin C, sedangkan vitamin lainnya yaitu vitamin A, D, E
dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan
didalam jaringan adipose (lemak). Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan
diedarkan keseluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat
disimpan beberapa hari saja didalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat
bertahan hingga 6 bulan lamanya didalam tubuh.
Pentingnya reaksi-reaksi dikenali
sejak awal kimia. Reaksi oksidasi dan reduksi ialah reaksi kimia yang disertai
dengan perubahan bilangan oksidasi. Reaksi redoks ada yang berlangsung spontan
ada juga yang berlangsung tidak spontan. Reaksi redoks yang berlangsung spontan
digunakan sebagai sumber arus yaitu dalam sel volta seperti baterai dan aki
reaksi redoks yang berlangsung non. Spontan dapat berlangsung dengan
menggunakan arus listrik yaitu dalam elektrolisis yang diterapkan dalam
industri pengolahan alumunium dan pengolahan lainnya. Penentuan vitamin C dapat
dikerjakan dengan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi
langsung berdasarkan reaksi redoks yang menggunakn larutan baku I2
untuk mengoksidasi analatnya.
AReaksi + I2 ↔
AOksidasi + I-
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga
hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat dititrasi. Indicator yang
digunakan ialah amilum, dengan perubahan dari tak berwarna menjadi biru. Harga
vitamin C (asam askorbat) sering ditentunkan kadarnya dengan titrasi ini.
Vitamin C dengan i0d akan membentuk ikatan dengan atom C nimer 2 dan 3 sehingga
ikatan rangkap hilang.
Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang
sangat kecil dan harus disuplai dari makanan karena tubuh tidak dapat
menyintesisnya. Suatu vitamin minimal menunjukkan satu fungsi metabolik khusus.
Istilah vitamin digunakan oleh Casimir Funk pada tahun 1912 yang meneliti
tentang penyakit beri- beri. Vita menunjukkan senyawa yang diperlukan
oleh tubuh, sedangkan amine berarti mengandung nitrogen, maka kemudian istilah amine
diganti dengan amin, sehingga lebih dikenal dengan vitamin (Muchtadi, 2009).
Vitamin merupakan bahan makanan bukan penghasil energi, sehingga harus
diberikan dalam makanan sehari-hari untuk mendapatkan kesehatan yang optimal.
Vitamin merupakan senyawa-senyawa organik yang memegang peranan penting dalam
berlangsungnya berbagai proses vital di dalam tubuh. Masing-masing vitamin
memegang peranan yang spesifik yang pada akhirnya dapat memengaruhi organisme
keseluruhannya. Vitamin memiliki peran sangat penting untuk peertumbuhan,
pemeliharaan kesehatan, dan fungsi-fungsi tubuh lainnya agar metabolisme
berjalan normal (Sirajuddin, 2012).
Vitamin adalah komponen tambahan makanan yang berperan sangat penting dalam
gizi manusia. Banyak vitamin tidak stabil pada kondisi pemrosesan tertentu
dan penyimpanan, dan karena itu aras kandungan vitamin dalam makanan yang
diproses dapat sangat menurun. Vitamin sintetik dipakai secara luas untuk menggantikan
vitamin yang hilang dan untuk mengembalikan aras kandungan vitamin dalam
makanan. Beberapa vitamin berfungsi sebagai koenzim yang tanpa vitamin itu
enzim tersebut tidak efektif sebagai biokatalis (deMan, 1997).Dikatakan bahwa
pada umumnya vitamin tidak dapat disintesis di dalam tubuh, sehingga harus
disediakan dari luar, biasanya dengan makanan. Ternyata hal ini tidak mutlak
benar. Ada beberapa vitamin yang dapat dibuat di dalam tubuh, dengan
mengubahnya dari ikatan organik lain. Ikatan organik yang tidak bersifat
vitamin, tetapi dapat diubah menjadi vitamin setelah dikonsumsi, disebut
provitamin atau perkursor vitamin. Tidak semua vitamin mempunyai prekursor,
sehingga tetap tidak dapat disintesis di dalam tubuh (Sediaoetama, 2012).
Vitamin bukanlah sumber energi, tetapi vitamin melakukan fungsi regulator
(pengatur). Vitamin bekerja sama dengan enzim dalam beberapa reaksi kimia.
Vitamin juga penting untuk pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan, dan reproduksi.
Vitamin harus ada dalam tubuh manusia walaupun hanya dalam jumlah kecil karena
memiliki fungsi khusus dan tidak dapat digantikan (Pratiwi, 2007).
Prekursor (pembentuk) vitamin dikenal dengan sebutam provitamin, yaitu
senyawa yang secara kimia mirip dengan bentuk aktif biologisnya (yaitu
vitamin), tetapi tidak dapat berfungsi sebelum tubuh mengubahnya menjadi bentuk
aktifnya. Konversi (perubahan) provitamin menjadi vitamin terjadi pada bagian
tubuh yang berbeda pula, tergantung pada jenis vitamin efesiensi yang berbeda
pula, tergantung pada jenis vitamin masing-masing. Sebagai contoh, betakaroten
diubah menjadi vitamin A di dalam dinding usus (dengan cara memecah molekulnya
menjadi dua bagian). Prekursor vitamin D yang terdapat di dalam kulit
(7-dehidrokolesterol) dibah menjadi vitamin D yang aktif pertama-tama karena
aksi sinar ultraviolet dari matahari, kemudian diubah dalam tubuh (pertama-tama
dalam hati kemudian di dalam ginjal). Asam amino triptofan (prekursor niasin),
diubah menjadi niasin di dalam hati atas bantuan vitamin B6.
Ada dua golongan
vitamin, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air.
Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. sedangkan vitamin
yang larut dalam air adalah B (thiamin, riboflavin, niacin, piridoksin, asam pantothenat,
biotin, sianokobalamin, choline, inositol) dan vitamin C. Kedua golongan
vitamin ini mempunyai sifat umum yang berbeda-beda. Ada beberapa senyawa yang
berhubungan dengan vitamin, yaitu antivitamin, yang kerjanya dapat merusak
struktur vitamin, dan antagonis vitamin, yang kerjanya dapat dapat berkompetisi
dengan vitamin (Proverawati dan Kusumawati, 2011).
Vitamin yang larut dalam lemak memiliki sifat-sifat, yaitu larut dalam
lemak dan pelarut lemak, dapat disimpan dalam tubuh, dieksresikan dalam sedikit
ke dalam asam empedu, gejala defisiensi lambat munculnya, tidak harus disuplai
tiap hari dalam makanan, mempunyai prekursor atau provitamin. Hanya mengandung
elemen C, H, dan O, diserap oleh usus dan diteruskan ke dalam sistem
limfatik, beracun dalam dosis relatif rendah. Sedangkan vitamin yang dapat
larut dalam memiliki sifat, di antaranya adalah larut dalam air, disimpan dalam
jumlah yang sedikit, dieksresikan ke dalam urin, gelaja defisiensi cepat
terlihat, harus disuplai setiap hari dalam makanan, umumnya tidak mempunyai
prekursor, mengandung elemen C, H, O, dan N (serta Co dan S), diserap oleh usus
dan diteruskan ke dalam sistem aliran darah, dan beracun dalam dosis yang
relatif tinggi (Muchtadi, 2009).
Vitamin A ditemukan dalam bahan-bahan makanan yang berlemak. Provitamin A
adalah pigmen yang berwarna kuning. Vitamin A pada umumnya stabil terhadap
panas, asam, alkali dan mempunyai sifat yang sangat mudah teroksidasi oleh
udara dan akan rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi bersama udara, sinar dan
lemak yang sudah tengik. Contoh bahan makanan yang banyak mengandung karoten
adalah sayuran dan buah-buahan yang berwarna hijau atau kuning, ubi jalar, dan
waluh. Laju vitamin D dalam kulit tergantung pada jumlah sinar matahari yang
diterima serta konsentrasi pigmen di kulit. Vitamin tersebut kemudian diterima
dan diaktifkan oleh sinar matahari dan diangkut ke berbagai alat tubuh untuk
dimanfaatkanatau disimpan di dalam hati. Vitamin D banyak terkandung pada bahan
makanan seperti minyak ikan, mentega, susu, kuning telur, ragi dan sedikit buah
pisang. Vitamin E terdapat dalam empat bentuk vitamin yaitu, tokoferol alfa,
beta, gamma, dan delta. Di mana semua bentuk ini telah dapat disintetis.
Zat-zat inilah merupakan antioksida yang utama dalam lemak dan minyak yang
dapat mencegah ketengikan. Vitamin E merupakan salah satu faktor yang larut
dalam lemak. Sumber vitamin E banyak diperoleh dari bahan makanan seperti
minyak gandum, minyak jagung, sayuran, hati, telur, mentega, susu, daging dan
kecambah. Vitamin K merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak.
Vitamin K disintesis dan diisolasi dari hati ikan, dan proses pembusukan oleh
bakteri-bakteri usus. Sumber vitamin K terdapat pada bahan makanan seperti
hati, bayam, kubis, kol, susu, kuning telur, dan minyak kedelai (Proverawati
dan Kusumawati, 2009)
Beberapa fungsi
vitamin-vitamin yang penting diantaranya (Sirajuddin, 2012):
a. Vitamin A
berfungsi untuk mempertahankan struktur dan fungsi jaringan epitel, membantu
pertumbuhan dan proses penglihatan.
b. Vitamin D
berfungsi meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor dalam saluran pencernaan,
mempunyai peranan penting pada proses klasifikasi, dan berhubungan dengan
aktivitas enzim fosfatase alkali dalam serum.
c. Vitamin B1
berfungsi sebagai koenzim (tiamin difosfat dan tiamin pirofosfat) pada
reaksi-reaksi metabolisme karbohidrat.
d. Vitamin B6 berfungsi sebagai koenzim pada metabolisme asam
amino, di antaranya pada proses dekarboksilasi dan transaminasi.
e. Vitamin C
berfungsi untuk mempertahankan keadaan zat-zat intersel jaringan cartilage,
dentin, dan tulang.
Seseorang yang kekurangan vitamin dapat menderita defisiensi atau
avitaminosis. Hingga saat ini, belum semua jenis avitaminosis dapat diketahui.
Pada umumnya, seseorang yang menderita avitaminosis karena cara pengolahan
makanan yang dapat mengurangi atau merusak vitamin. Buah dan sayur segar dapat
membantu penyediaan vitamin (Pratiwi, 2007).
Pada proses pengolahan bahan makanan, beberapa jenis vitamin hilang
terbuang atau menjadi rusak, sehingga kadar di dalam hasil olahnya menjadi
sangat rendah. Untuk mengembalikan kadar vitamin yang hilang itu ke tingkat
kadar normal atau paling tidak mendekati kadar normal, vitamin yang terbuang
itu dapat ditambahkan kembali kepada hasil olah tersebut. Cara menambahkan
kadar vitamin yang terbuang dan berkurang kadarnya kembali ke kadar normal
disebut suplementasi. Ada pula yang disebut fortifikasi, ialah penambahan
vitamin kepada bahan makanan sehingga mencapai kadar yang lebih tinggi
dari kadar alamiah, atau bahkan menambahkan kepada makanan yang pada keadaan
aslinya tidakmengandung vitamin tersebut. Bahan makanan yang diberi tambahan
vitamin tersebut dinamakan bahan pangan pembawa atau bahan pangan pendukung
(Sediaoetama, 2012).
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
·
Alat
Labu Erlenmeyer, gelas piala,
pipet volime, pipet tetes, stamper dan mortar.
·
Bahan
Tablet vitamin C, buah jeruk,
buah papaya, aquades, larutan pati (kanji), iodium 0,1 N, H2SO4
2 N, larutan thiosulfat 0,1 N.
2.2
Cara Kerja
1. Titrasi Blangko
a.
Pada percobaan pertama dalam penentuan vitamin C dibuat larutan blangko (tanpa
contoh) terlebih dahulu. Mula-mula memasukkan 5 mL aquades kedalam Erlenmeyer,
b.
Kemudian menambahakan 1,5 mL H2SO4 2 N dan 5 mL larutan iod 0,1 N.
c.
Selanjutnya melakukan penitaran dengan larutan thiosulfat 0,1 N dan
menggunakn pati sebagai indicator
d.
Titrasi kembali dengan larutan thiosulfat.
2. Penentuan Kadar Vitamin C dalam Tablet
a.
Melarutkan 1 tablet vitamin C kedalam 10 mL aquades dingin yang telah dididihkan
sebelumnya, menuang laruran tersebut kedalam Erlenmeyer.
b.
Menambahkan 1,5 mL H2SO4 2 N dan 5 mL larutan iod 0,1 N kedalam
larutan vitamin C tersebut.
c.
Setelah tercampur, melakukan penitaran dengan larutan thiosulfat 0,1 N
dan sebagai indikator digunakan larutan pati (kanji).
d.
Menitrasi lagi dan menghitung jumlah thiosulfat yang digunakan dan
ditentukan pula kadar vitamin yang terdapat dalam tablet tersebut.
3. Penentuan Kadar Vitamin C pada Sari Jeruk
a.
Metode penentuan vitamin C dalam buah dilakukan sama seperti metode
penentuan vitamin C dalam tablet, tetapi table vitamin C diganti dengan dengan
sari buah jeruk sebanyak 10 mL.
b.
Menambahkan 1,5 mL H2SO4 2 N dan 5 mL iod 0,1 N kedalam larutan
vitamin tersebut.
c.
Setelah tercampur, melakukan penitaran dengan larutan thiosulfat 0,1
N dan sebagai indikator digunakan
larutan pati (kanji).
d.
Jumlah thiosulfat yang terpakai dihitung untuk menentukan kadar vitamin
C yang terkandung dalam sari buah, 1 mL thiosulfat 0,1 N yang digunakan serta
dengan 8,08 mg vitamin C.
4. Penentuan Kadar Vitamin C pada Buah Pepaya
a.
Membersikan kulit papaya dengan menggunakan pisau, kemudian memotong
kecil-kecil berbenduk dadu, menumbuk dengan mortar dan stamper hingga halus,
selanjutnya menambahkan air sebanyak 10 mL untuk mengambil sarinya.
b.
Mengambil sari papaya sebanyak 10 mL, kemudian menambahkan 1,5 mL H2SO4 2
N dan 5 mL iod
0,1 N kedalam larutan vitamin tersebut.
c.
Setelah tercampur, melakukan penitaran dengan laruta thiosulfat 0,1 N
dan sebagai indikator digunakan larutan pati (kanji).
d.
Menghitung jumlah thiosulfat yang terpakai untuk menentukan kadar
vitamin C yang terkandung dalam sari buah, 1 mL thiosulfat 0,1 N yang digunakan
serta dengan 8,08 mg vitamin C.
BAB
III
HASI
PENGAMATAN
Penuntuan
kadar vitamin C pada sari buah jeruk
Vawal = 5ml
aquadest + 1,5ml H2SO4 + 5ml iod + larutan thiosulfat 15
tetes
= 12,25 ml
Vakhir =
Vawal + larutan pati 2ml + larutan thiosulfat 40 tetes
= 12,25 ml + 2ml + 2ml
= 16,25 ml
Vterpakai
= Vakhir – Vawal
= 16,25 – 12,25
= 4 ml
Vterkoreksi =
Vblanko + V sampel
=
10,5 – 4ml
=
6,5 ml
Kadar vitamin C = Vterkoreksi x 8,08
= 6,5 x 8,08
= 52,52 mg/ml
3.2
Dokumentasi
(Persiapan Alat dan Bahan)
Penentuan
Kadar Vitamin C pada Sari jeruk
Bahan
|
Gambar
Dokumentasi
|
Gambar
Literatur
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
Sari buah
jeruk 5 mL + aquades 5 mL
|
|
|
|
Sari buah
jeruk 5 mL + aquades 5 mL + H2SO4
|
|
|
|
Sari buah
jeruk 5 mL + aquades 5 mL + H2SO4 + 5 mL larutan iod
|
|
|
|
Sari buah
jeruk 5 mL + aquades 5 mL + H2SO4 + 5 mL larutan iod +
larutan Thiosulfat
|
|
|
|
Sari buah
jeruk 5 mL + aquades 5 mL + H2SO4 + 5 mL larutan iod +
larutan Thiosulfat + larutan pati (kanji)
|
|
|
|
Sari buah
jeruk 5 mL + aquades 5 mL + H2SO4 + 5 mL larutan iod +
larutan Thiosulfat + larutan pati (kanji) + larutan Thiosulfat
|
|
|
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
Vitamin merupakan komponen penting dalam suatu bahan,
khususnya bahan pangan karena kandungannya menentukan nutrisi dari bahan
tersebut. Vitamin berperan dalam proses metabolisme sebagai koenzim dan lainnya.
Percobaan kali ini semua bahan-bahan buahan
dihancurkan. Fungsi penghancuran ini untuk mempermudah hidrolisis dari sampel
buah-buahan, selain itu juga bertujuan mendegradasi senyawa vitamin C dalam
buah. Hasil yang diperoleh dari penghancuran berupa frasa kental. Cairan kental
tersebut dimasukkan kedalam labu ukur dan ditambahkan aquades tujuannya adalah melarutkan dan menghidrolisis vitamin C yang terdapat
dalam sampel buah. Sebab diketahui bahwa vitamin C, sangat mudah larut dalam
air. Hasil cairan yang telah diencerkan disentrifuse, tujuannya adalah
mengendapkan serat-serat dar buah yang tidak melarut didalam air, sehingga
tampak jelas perbandingan filtratny dan residunya. Setelah itu didekantasi yang
bertujuan untuk memisahkan filtarat dengan residunya. Bila dalam tubuh kebutuhan vitamin dan mineral mencukupi, maka segala jenis
penyakit dapat dicegah. Mengkonsumsi vitamin C yang juga berfungsi sebagai
antioksidan terbukti dapat menangkal virus-virus seperti virus flu, sehingga
bila kita cukup memenuhi kebutuhan ini, maka kita akan lebih jarang mengalami
flu.
Vitamin ini mudah larut dalam air sehingga bila
vitamin yang dikonsumsi melebihi yang dibutuhkan, kelebihan tersebut akan
dibuang dalam urine. Karena tidak disimpan dalam tubuh, vitamin C sebaiknya
dikonsumsi setiap hari. Dosis yang rata-rata dibutuhkan bagi orang dewasa
adalah 60-90 mg/hari. Tapi bisa juga lebih tergantung kondisi tubuh dan daya
tahan masing-masing orang yang berbeda-beda. Batas maksimum yang diizinkan
untuk mengkonsumsi vitamin C adalah 1000 mg/hari.Kekurangan vitamin ini dapat
menyebabkan gusi berdarah, sariawan, nyeri otot atau gangguan syaraf.
Kekurangan lebih lanjut mengakibatkan anemia, sering mengalami infeksi dan
kulit kasar. Sementara kelebihan vitamin C dapat menyebabkan diare. Bila
kelebihan vitamin C akibat penggunaan suplemen dalam waktu yang cukup lama
dapat mengakibatkan batu ginjal, sedangkan bila kelebihan vitamin C yang
berasal dari buah-buahan umumnya tidak menimbulkan efek samping.
Makanan yang mengandung vitamin C umumnya adalah buah-buahan dan sayuran.
Buah yang mengandung vitamin C tidak selalu berwarna kuning, misalnya pada
jambu biji yang merupakan buah dengan kandungan vitamin C paling tinggi yang
dapat kita konsumsi. Bahkan, pada beberapa buah, kulitnya mengandung vitamin C
lebih tinggi daripada buahnya. Misalnya pada kulit buah apel dan jeruk walaupun
tidak semua kulit buah bisa dimakan.Kandungan vitamin C pada buah jeruk adalah
50 mg/100 gr. Buah yang secara tidak sadar tersimpan dalam memori setiap orang
sebagai sumber vitamin C tinggi yang dapat memenuhi gizi harian kita ini
menyediakan sekitar 30 sampai 50 miligram askorbat (vitamin C) di setiap 100
gramnya buah jeruk.Sedangkan
kandungan vitamin C murni adalah 99.3
Pada
praktikum kali ini kami melakukan Percobaan
pertama pada titrasi blanko prosedur kerja yang kita lakukan yg pertama yaitu
Pada percobaan pertama dalam penentuan vitamin C dibuat larutan blangko (tanpa contoh)
terlebih dahulu. Mula-mula memasukkan 5
mL aquades kedalam Erlenmeyer, Kemudian menambahakan 1,5 mL H2SO4 2 N dan 5
mL larutan iod 0,1 N. Selanjutnya melakukan penitaran dengan larutan thiosulfat
0,1 N dan menggunakn pati sebagai indicator Titrasi kembali dengan larutan
thiosulfat. Hasil yang kita peroleh dari percobaan ini yaitu:
Vawal = 11,5 ml + 0,5
= 12
ml
Vakhir = 12 + 2 + 8,5
= 22,5
Vblanko =
Vakhir – Vawal
=
22,5 – 12
=
10,5 ml
Pada
percobaan kedua yaitu Penentuan kadar
Vitamin C dalam tablet 50 mg yaitu prosedur kerja yang kita
gunaan langkah pertama Melarutkan 1 tablet vitamin C kedalam 10 mL aquades
dingin yang telah dididihkan sebelumnya, menuang laruran tersebut kedalam
Erlenmeyer. Kemudian Menambahkan 1,5
mL H2SO4 2 N dan 5
mL larutan iod 0,1 N kedalam larutan vitamin C tersebut. Setelah tercampur,
melakukan penitaran dengan larutan thiosulfat 0,1 N dan sebagai indikator
digunakan larutan pati (kanji). Kemudian Menitrasi lagi dan menghitung jumlah
thiosulfat yang digunakan dan ditentukan pula kadar vitamin yang terdapat dalam
tablet tersebut. Hasil yang diperoleh yaitu :
5ml + 1,5 H2SO4 +
5ml iod + 0,5 ml thio = 12ml (Vawal)
12ml + 2ml kanji + 8,5 ml thio = 22,5 ml (Vakhir)
Vblanko
= Vakhir – Vawal
=
22,5 – 12
=
10,5 ml
Sampel ipi
11,5 ml + 5ml = 16,5ml (Vawal)
16,5
ml + 2ml + 4,5ml = 23 (Vakhir)
Vterpakai = 23 – 16,5 = 6,5
ml
Vterkoreksi = Vblanko – Vsampel
=
10,5 – 6,5
=
4ml
Kadar vit C = Vterkoreksi x 8,08 mg/ml
= 4 x 8,08 mg/ml
= 32,3 mg/ml dalam kemasan 50 mg
Pada
percobaan ketiga yaitu Kadar vitamin c tablet 500 gr dengan menggunakan
prosedur kerja yang pertama yaitu Melarutkan 1 tablet vitamin C kedalam 10 mL
aquades dingin yang telah dididihkan sebelumnya, menuang laruran tersebut
kedalam Erlenmeyer. Kemudian Menambahkan 1,5
mL H2SO4 2 N dan 5
mL larutan iod 0,1 N kedalam larutan vitamin C tersebut. Setelah tercampur,
melakukan penitaran dengan larutan thiosulfat 0,1 N dan sebagai indikator
digunakan larutan pati (kanji). Kemudian Menitrasi lagi dan menghitung jumlah
thiosulfat yang digunakan dan ditentukan pula kadar vitamin yang terdapat dalam
tablet tersebut. Hasil yang diperoleh yaitu :
Vawal = 5ml aqua + 1.5 H2SO4 +
5ml iodin + 5ml thiosul
= 11,5 + 5
= 16,5 ml
Vakhir = Vawal + Vpati + larutan HNO
= 16,5 + 2ML + 7,5 ml
= 26 ml
Vterpakai = Vakhir – Vawal
= 26ml – 16,5 ml
= 9,5 ml
Vterkoreksi = Vblanko –
Vterpakai
= 10,5 ml – 9,5 ml
= 1ml
Kadar vitamin C 500 g =
Vterkoreksi x 8,08
= 1ml x
8,08 mg/ml
= 8,08
mg/ml
Pada
percobaan keempat yaitu Penuntuan kadar vitamin C pada sari buah jeruk dengan
prosedur kerja yang kita gunakan yang pertama yaitu Metode penentuan vitamin C
dalam buah dilakukan sama seperti metode penentuan vitamin C dalam tablet,
tetapi table vitamin C diganti dengan dengan sari buah jeruk sebanyak 10
mL.Menambahkan 1,5
mL H2SO4 2 N dan 5
mL iod 0,1 N kedalam larutan vitamin tersebut. Setelah tercampur, melakukan
penitaran dengan larutan thiosulfat 0,1 N
dan sebagai indikator digunakan larutan pati (kanji). Jumlah thiosulfat
yang terpakai dihitung untuk menentukan kadar vitamin C yang terkandung dalam
sari buah, 1 mL thiosulfat 0,1 N yang digunakan serta dengan 8,08 mg vitamin C.
Hasil dari percobaan yang kita lakukan yaitu :
Vawal = 5ml aquadest + 1,5ml H2SO4 +
5ml iod + larutan thiosulfat 15 tetes
= 12,25 ml
Vakhir = Vawal + larutan pati 2ml + larutan
thiosulfat 40 tetes
= 12,25 ml + 2ml + 2ml
= 16,25 ml
Vterpakai = Vakhir – Vawal
= 16,25
– 12,25
= 4 ml
Vterkoreksi = Vblanko + V sampel
= 10,5 – 4ml
= 6,5 ml
Kadar
vitamin C = Vterkoreksi x 8,08
= 6,5 x 8,08
= 52,52 mg/ml
Pada
percobaan kelima yaitu Penentuan kadar vitamin C pada sari buah Pepaya yaitu
prosedur kerja yang kita lakukan yang pertama yaitu Membersikan kulit papaya dengan
menggunakan pisau, kemudian memotong kecil-kecil berbenduk dadu, menumbuk
dengan mortar dan stamper hingga halus, selanjutnya menambahkan air sebanyak 10
mL untuk mengambil sarinya. Kemudian Mengambil sari papaya sebanyak 10 mL,
kemudian menambahkan 1,5
mL H2SO4 2 N dan 5
mL iod 0,1 N kedalam larutan vitamin tersebut.Setelah tercampur, melakukan
penitaran dengan laruta thiosulfat 0,1 N dan sebagai indikator digunakan
larutan pati (kanji). Menghitung jumlah thiosulfat yang terpakai untuk
menentukan kadar vitamin C yang terkandung dalam sari buah, 1 mL thiosulfat 0,1
N yang digunakan serta dengan 8,08 mg vitamin C. Hasil dari percobaan yang
kelima ini yaitu :
Vawal = Vair + VH2SO4 + Viod
+ Vthiosulfat
= 5ml + 1,5 ml + 5ml + 1,25 ml
= 12,75 ml
Vakhir = Vawal + Vkanji + Vthiosulfat
= 12,75ml + 2ml + 1,5 ml
= 16,25ml
Vterpakai = Vakhir – Vawal
= 16,25 – 12,75
= 3,5 ml
Vterkoreksi = Vblanko – Vsampel
= 10,5 ml – 3,5 ml
= 7ml
Kadar
vitamin C = Vterkoreksi x 8,08 mg/ml
= 7 x 8,08 mg/ml
BAB V
KESIMPULAN
1.
Penentuan kadar vitamin C dalam tablet maupun buah dapat dilakukan dalm
beberapa metode :
a. Metode Titrasi
Ø
Metode Titrasi 2,6 D
(Dichloroindophenol) Metode ini menggunakan 2,6 D dan
menghasilkan hasil yang lebih spesifik dari titrasi yodium
Ø
Titrasi Asam-Basa merupakan
contoh analisis volumetri, yaitu, suatu cara atau metode, yang menggunakan
larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut
buret.
Ø
. Iodium Metode
ini paling banyak digunakan, karena murah, sederhana, dan tidak memerlukan
peralatan laboratorium yang canggih. titrasi ini memakai Iodium sebagai
oksidator yang mengoksidasi vitamin C dan memakai amilum sebagai indikatornya.
b. Metode Spektrofotometri
Pada
metode ini, larutan sampel (vitamin C) diletakkan pada sebuah kuvet yang
disinari oleh cahaya UV dengan panjang gelombang yang sama dengan molekul pada
vitamin C yaitu 269 nm.
Daftar Pustaka
Ø Tim Mata
Kuliah Biokimia. 2015. BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM BIOKIMIA. Universitas
Muhammadiyah Jember
Ø http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-dan-definisi-vitamin-fungsi-guna-sumber-akibat-kekurangan-macam-dan-jenis-vitamin.html
diakses
06-01-2016
Ø https://www.academia.edu/6266517/Laporan_vitamin_C_ok
diakses
06-01-2016
Ø https://id.wikipedia.org/wiki/Vitamin
diakses
06-01-2016
Ø https://ml.scribd.com/doc/231958878/Laporan-Vitamin-C-Selesai
diakses 07-01-2016
No comments:
Post a Comment