BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zologi (Yunani, Zoon = hewan, logos = ilmu) merupakan cabang biologi yang
khusus mempelajari tentang hewan tidak bertulang belakang. Sejak zaman
Aristoteles pengelompokan hewan di alam ini telah mengalami beberapa kali perubahan,
bahkan pengelompokan ke dalam katagori takson filum pun berbeda-beda sesuai
dengan dasar atau kriteria pengelompokan yang digunakan oleh masing-masing
ahli. Sebagai contoh: pada awalnya kita hanya mengenal 7 filum yang termasuk ke
dalam invertebrata, yaitu : Protozoa, Porifera, Coelenterata, Vermes, Mollusca,
Echinodermata, Arthropoda.
Sejalan dengan perkembangannya yang dilakukan melalui
observasi dan penelitian, para ahli sepakat bahwa filum Vermes yang semula
membawahi 3 kelas (classis) yaitu Platyhelminthes, Nemathelminthes dan Annelida
sudah tidak cocok lagi karena masing-masing kelas tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dilihat dari
habitat, struktur, maupun fisiologinya. Oleh karena itu kedudukan katagori
takson kelas berubah menjadi filum dan Vermes tidak digunakan lagi. Dengan
demikian sekarang ini kita mengenal 9 filum invertebrata, yaitu: Protozoa,
Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca,
Echinodermata, Arthropoda, dilihat dari susunan filum tersebut, berdasarkan
struktur tubuhnya para ahli menetapkan bahwa Protozoa merupakan filum yang
paling rendah derajatnya dibandingkan dengan filum-filum berikutnya, filum
Porifera (Sponge) dianggap lebih tinggi dari Protozoa akan tetapi lebih rendah
dari Coelenterata, demikian seterusnya. Namun pada saat ini, dasar penyusunan
tinggi rendahnya tingkat filum tersebut telah mengalami perkembangan, ada yang
didasarkan pada fisiologi yang mencakup: respirasi; ekskresi; nutrisi; sistem
saraf; sistem peredaran darah, dan reproduksi), filogenetik (kekerabatan),
susunan kimia tubuh, dan coelomnya. Berdasarkan susunan kimia tubuh dan
coelomnya, para ahli menetapkan bahwa Echinodermata dianggap paling tinggi
derajatnya di antara invertebrata karena susunan kimia penyusun tubuh
echinodermata paling lengkap dibandingkan dengan invertebrata lainnya, bahkan
hampir sama dengan susunan kimia tubuh yang dimiliki Chordata. Berdasarkan
filogenetiknya Annelida dianggap memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan
Arthropoda sehingga dalam urutannya Annelida senantiasa berdekatan Arthropoda.
Demikian pula dengan fisiologi yang dimiliki oleh setiap filum, semakin lengkap
fisiologinya semakin tinggi derajatnya. Namun yang menjadi masalah bagi para
ahli adalah tidak adanya keteraturan di antara dasar pengelompkan yang
digunakannya. Misalkan saja, tidak seluruh filum yang memiliki susunan kimia
tubuh lebih lengkap, memiliki struktur tubuh yang lebih lengkap pula
dibandingkan dengan filum-filum yang dianggap derajatnya lebih rendah, sebagai
contoh: struktur tubuh Echinodermata tidak lebih baik dibandingkan dengan
Arthropoda atau Mollusca, dll.
Untuk memahami dan lebih mengenal secara langsung
spesies yang diamati baik secara morfologi atau pun anotomi, serta lebih
mengenal habitat hewan yang diamati maka mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti
praktikum lapangan Zoologi Invertebrata. Oleh karena itu, mahasiswa Jurusan
Biologi semester II Universitas Muhammadiyah, mengadakan praktikum lapang
dengan objek kajian Pantai Bama dan Kawasan Savana Bekol Taman Nasional
Baluran.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa saja keanekaragaman hewan
invertebrata bentik yang hidup di perairan pasang surut Pantai Bama TN Baluran
?
2.
Apa saja keanekaragaman jenis hewan
invertebrata tanah di kawasan Savana Bekol TN Baluran ?
3.
Apa saja keanekaragaman jenis serangga malam di
kawasan Hutan Musim TN Baluran ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan
umum kegiatan ini adalah memperoleh tambahan pengetahuan dan wawasan yang
diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan sifat dan kepribadian sebagai seorang
calon ilmuan dan pendidik di bidang biologi.
1.3.2
Tujuan Khusus
Secara khusus, tujuan
praktikum lapangan ini adalah :
1. Untuk mengetahui keanekaragaman hewan invertebrata bentik yang hidup
di perairan pasang surut Pantai Bama TN Baluran.
2. Untuk mengetahui
keanekaragaman jenis hewan invertebrata tanah di kawasan Savana Bekol TN
Baluran.
3. Untuk mengetahui
keanekaragaman jenis serangga malam di kawasan Hutan Musim TN Baluran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Keadaan Umum Taman
Nasional Baluran
Taman
Nasional Baluran terletak di ujung timur Propinsi Jawa Timur antara 7o
45’-7o 56’ LS dan 113o
59’-114o 28’ BT. Secara administratif Taman Nasional Baluran ini masuk wilayah
Kabupaten Situbondo
Topografinya
bervariasi mulai yang landai di daerah pantai sampai berbukit-bukit di kaki
jurang terjadi di puncak gunung Baluran. Di kawasan ini tidak dijumpai sungai
yang mengalir sepanjang tahun. Tata airnya sangat miskin sehingga hanya berair
pada musim penghujan dan menjadi kering di musim kemarau. Curah hujan rata-rata
900-1600 mm pertahun dengan jumlah rata-rata bulan kering sebanyak sembilan
bulan per tahun.
Secara
struktural Taman Nasional Baluran sekarang di kelola sebagai unut yang
membawahi lima kawasan, masing- masing menguasai sebagian dari wilayah Taman
Nasional Baluran. Kelima sub unit tersebut adalah :
a. Resort Karangteko dengan pusatnya Karangteko
b. Resort Baluran Utara dengan pusatnya Labuan Merak
c. Resort Bekol dengan pusatnya Bekol
d. Resort Baluran Selatan dengan pusatnya di Pandean
e. Resort Bitakol dengan Pusatnya di Batangan
Tipe –tipe ekosistenm di Taman Nasional Baluran yaitu
terdiri dari berbagai tipe komunitas, yaitu komunitas hutan pegunungan, hutan
musim, savana, hutan hijau sepanjang tahun, hutan pantai.
Hutan Pegunungan
Di daerah blok musapah-gunung Baluran, hutan ini terletak
pada ketinggian sekitar 800 m dari permukaan laut. Di kawasan ini tercatat 24
jenis pohon dengan kerapatan 640 pohon/ha. Keanekaragaman pohon di daerah ini
cukup tinggi berdasarkan hasil penelitian frekuensinya adalah kurang dari 5%.
Adapun jenis-jenis pohon yang mendominasi hutan ini adalah Pterospernum diversifolium, Streblus
asper, Polyalthia laterifolia.
Pada tingkat semat tercatat sebanyak 18 jenis dengan kerapata1240 semak/ha,
dengan spesies yang dominan adalah Streblus
asper dan Sumbaviopsis albicans.
Jenis-jenis hewan yang ditemukan di kawasan ini umumnya
mempunyai perawakan tubuh yang kecil dan ramping atau yang gesit dan lincah ,
seperti kera, babi hutan, linsang atau macan tutul. Berbagai jenis burung juga
banyak ditemukan di hutan pegunungan ini.
Hutan musim
Hutan musim di daerah Baluran umumnya
terbentang pada ketinggian di atas 300 m di atas permukaan laut, tersebar di
daerah gunung Montor 40 m di atas permukaan laut dan gunung Kembar 160 m di
atas permukaan laut. Pada umumnya hutan musim di daerah ini kurang
beranekaragam baik struktur maupun komposisi jenisnya. Lapisan tajuk hutan
umunya tipis yakni hanya terdiri atas satu atau dua lapis saja, sehingga bagian
lantai hutan musim ini umumnya tertutup oleh semak belukar, rumput, atau herba
lainnya.
Jenis-jenis pohon yang umumnya di
jumpa di hutan musim adalah Grewia
eriocarpia, Acasia leucophlea, Acacia tomentosa, Tamarindus indica, Schountenia
ovata, Bridellia stipularis, dan Stercullia foetida. Sedangkan
jenis-jenis semak yang sering dijumpai adalah Lantana camara, Strichnos
lucida dan Randia spinosa.
Jenis-jenis herba seperti Cleomo viscosa,
Biodens biternata, Abutilon crispom, Rottboelia exaltata, Heteropogon
insignis, dan Dicanthium crispom
sering juga dijumpai di hutan musim ini.
Jenis-jenis hewan seperti anjing hutan
merah. Kucing hutan (Felis bengalis),
rusa (Cervus timorensis), kerbau (Bunalus bubalis), banteng (Bos javanicus), ayam hutan, burung merak
seringkali dijumpai di kawasan ini.
Savana
Savanna di Taman Nasional Baluran terbentang luas di bagian
utara, timur, selatan dan sedikit di bagian barat. Luas keseluruhan savanna diperkirakan mencapai 10000 ha atau
lebih kurang 40% dari luas Taman Nasional baluran lainnya.
Berdasarkan topografinya, daerah savanna baluran dibedakan
atas savanna datar dan savanna berbukit-bukit. Savanna datar dijumpai didekat
pantai dengan ketinggian 50mdpl, sedangkan daerah savanna berbukit-bukit
tersebar di daerah gunung kelosot dan gunung kembar.
Di wilayah savanna bekol-bama keadaannya sangat terbuka dan
datar. Lebih kurang 11 jenis tumbuhan herba dan rumput-rumputan. Dichantium caricosum merupakan jenis
rumput yang paling mendominasi di samping jenis umum lainnya seperti Digitaria
adnascens, Eutalia amaora dan Fimbristylis dicitoma.
Padang rumput ini merupakan tempat berbagai jenis herbivor
( banteng,kerbau,rusa,kancil) untuk mencari makan atau untuk beristirahat dan
menjelajah. Beberapa karnivora yang sering dijumpai adalah kucing hutan,
harimau tutul, ajag, dsb. Selain itu juga banyak burung-burung yang hidup di
kawasan ini
Hutan Hijau Sepanjang Tahun
Hutan hijau sepanjang tahun merupakan jenis nabatah yang
paling subur karena air tanah selalu tersedia dan drainasenya cukup sehingga
tidak terjadi penggenangan. Komponen dasar hutan ini adalah pohon tinggi dengan
dengan ketinggian maksimum 50 meter, selain itu terdapat semak, liana, epifit,
dan parasit. Umumnya jenis vegetasi yang tumbuh disini mempunyai daun yang
selalu hijau, karena luruhnya daun serta bergantinya daun sering berlangsung
bersinambung sepanjang tahun.
Di taman nasional baluran hutan ini merupakan bagian dari
hutan musim tepatnya di dataran tinggi hutan musim. Kondisi suhunya selalu
tinggi sekitar 27°C dengan curah hujan yang terus - menerus tinggi dari 125-500
cm per tahun.
Struktur hutan ini sangat kompleks dengan beberapa lapisan
tajuk, yaitu beberapa lapis pepohonan dari ketinggian 8 m hingga lebih dari 40
m, lapisan semak dengan semak ketinggian kurang dari 10 m. Jenis-jenis tumbuhan
yang umumnya dijumpai di hutan sepanjang tahun adalah Uraria logopodiedes, Sterblus
sp, Strychonos lucida, Drypetes assamica, Triumfetia sp, Capparis
sepiari, Randia sp, Callicarpa candicans, Bauhinia Malabar, Azima sarmentosa, Saprosma
dispar.
Karena di kawasan ini terbentang aliran sungai kecil maka
hutan hijau sepanjang tahun ini merupakan tempat yang sangat baik tidak saja
untuk berteduh tetapi juga untuk minum bagi banyak herbivor maupun karnivor.
Hutan pantai umumnya berada di belakang serta
bersinambungan dengan hutan bakau, akan tetapi di beberapa tempat hutan ini
berbatasan langsung dengan garis pantai. Berdasarkan habitatnya vegetasi pantai
dibedakan menjadi dua yaitu:
Vegetasi yang tumbuh di pantai yang berpasir yang tidak
terkena pengaruh pasang surutnya air, kadang-kadang berupa bukit-bukit pasir.
Jenis-jenis tumbuhan yang umumnya tumbuh disini adalah Ipomea pescaprae, Spinifex
littoreus, Vigna marina, Euphorbia atoto, Cyperus maritima, Vitex ovata,
Ischaemum muticum ( untuk formasi pes
caprae), Scaevola tacada dan Pandanus tectorius, Barringtonia asiatica, Calophylum
inophylum, Terminalia catappa, Pongamia pinnata, Hibiscus tiliaceus, Thespesia
populnea, Hemandia peltata (
untuk formasi barringtonia).
Vegetasi yang tumbuh di pantai yang sangat dipengaruhinya
oleh pasang surutnya air. Disini tumbuh pohon-pohon bakau dan asosianya dan
paku bakau. Jenis-jenis tumbuhan bakau yang umumnya tumbuh di taman nasional
baluran adalah Rhizophora apiculata, R. stylosa, R. mucronata, Brugeria
gymnorrhiza, Ceriops tagal, C. decandra, Sonetaria alba, Xylocarpus
granatum, X. moluccensis, Exoeria agallocha dan yang lainnya.
Berbagai jenis burung pantai seperti raja, udang, bangau,
pecuk, heron ataupun dara laut banyak dijumpai disini, karena hewan –hewan ini
menggunakan tajuk-tajuk pepohonan yang ada sebagai sarang mereka. Jenis-jenis
reptilian seperti biawak dan ular hijau serta jenis mamalia seperti rusa, kera
dan babi rusa seringkali dijumpai di kawasan pantai ini.
2.2 Hewan-Hewan Invertebrata
Hewan
invertebrate sering disebut sebagai hewan tingkat rendah ( tak bertulang
belakang), pada umumnya dibagi Sembilan filum yaitu: Protozoa, Porifera,
Coelenterata, Platihelmintes, Nemathelmintes, Annelida, Mollusca, Arthropoda,
dan Echinodermata. Filum-filum tersebut pada bentuknya dapat dibedakan menjadi
2 kelompok yaitu: makproinvertebrata dan mikroinvertebrata. Makroinvertebrata
yang diamati dalam studi lapangan biologi invertebrate angkatan tahun 2012
meliputi filum Porifera, Coelenterata, Mollusca, Arthropoda, dan Echinodermata.
Filum Porifera
Porifera dalam bahasa latin, porus artinya pori,
sedangkan fer artinya membawa. Porifera adalah hewan multiseluler atau metazoa
yang paling sederhana. Karena hewan ini memiliki ciri yaitu tubuhnya berpori
seperti busa atau spons sehingga porifera disebut juga sebagai hewan spons.
Ukuran porifera sangat beragam. Beberapa jenis porifera ada yang berukuran
sebesar butiran beras, sedangkan jenis yang lainnya bisa memiliki tinggi dan
diameter hingga 2 meter.
Tubuh porifera pada umumnya asimetris atau tidak
beraturan meskipun ada yang simetris radial. Bentuknya ada yang seperti tabung,
vas bunga, atau bercabang seperti tumbuhan. Tubuhnya memiliki lubang-lubang
kecil atau pori (ostium). Warna tubuh bervariasi, ada yang berwarna pucat, da
nada yang berwarna cerah, seperti merah, jingga, kuning bahkan ungu.
Filum porifera meliputi 10.000 species baik yang sudah
menjadi fosil atau masih hidup. Porifera digolongkan menjadi tiga kelas dan 12
ordo yaitu sebagai berikut:
Kelas 1 Calcarea (
kerangka tubuh atau spikula terbuat dari zat kapur)
Ordo 1 Asconosa, contoh Leucosolenia
Ordo 2 Syconosa, contoh Schypha
Ordo 1 Asconosa, contoh Leucosolenia
Ordo 2 Syconosa, contoh Schypha
Kelas 2 Hexatinellida (
kerangka atau spikulanya tersusun dari silica berjurus enam)
Ordo 1 Hexastirophora, contoh Euplextella
Ordo 2 Amphidiscophora, contoh Hyalonema
Ordo 1 Hexastirophora, contoh Euplextella
Ordo 2 Amphidiscophora, contoh Hyalonema
Kelas 3 Demospongiae (
kerangka atau spikulanya tersususn dari silica berjurus 4)
Ordo 1 Carnosa, contoh Condorsia
Ordo 2 Coristida, contoh Geodia
Ordo 3 Epipolasida, contoh Rethya
Ordo 4 Handromerina, contoh Cliona
Ordo 5 Halichondrina, contoh Miciociona
Ordo 6 Peociloclerina, contoh Haliclona
Orda 7 Haplosclerina, contoh Haliclona
Ordo 8 Keratosa, contoh Spongia
Ordo 1 Carnosa, contoh Condorsia
Ordo 2 Coristida, contoh Geodia
Ordo 3 Epipolasida, contoh Rethya
Ordo 4 Handromerina, contoh Cliona
Ordo 5 Halichondrina, contoh Miciociona
Ordo 6 Peociloclerina, contoh Haliclona
Orda 7 Haplosclerina, contoh Haliclona
Ordo 8 Keratosa, contoh Spongia
Filum Coelenterata
Filum coelenterate disebut juga cnidarian, berasal dari
cnide ( bahasa yunani) yang berarti sengat. Coelenterata diambil dari gabungan
dua kata,cilos
=’’rongga’’dan enteron
=’’usus’’.hewan hewan yang termasuk filum coelenterata antara lain
hydra,ubur-ubur anemone laut dan ubur-ubur. berbeda dengan protozoa dan
polifera , coelenterata memiliki rongga (gastrovascular cavity)dan mulut ,
tetapi coeleterata tidak memilki anus .
Terdapat sekitar 9500 spesies pada filum coeleterata.
Kebanyakan hidup dilaut, hanya 14 spesies dari kelas hydrozoa hidup di air
tawar . hewan-hewan pada filum coelenterata kebanyakan ditemukan diperairan
dangkal dan melekat pada subtrat dan terumbu karang.coelenterata hidup sejak
periode cambitan sampai sekarang.filum ini pada dasarnya dapat dikelompokan
menjadi 3 kelas,yaitu:
Kelas hydrozoa
Ordo 1 hidroidea,contoh
hydra
Ordo 2 hydrocorallina,
contoh stylanceta
Ordo 3 Trachylina, contoh
Millephora
Ordo 4 Shiponophora,
contoh Vileila
Kelas Schypozora
Ordo 1 Stauromedusae
,contoh Haliclystus
Ordo 2 Cubomedusae
,contoh Tamoya
Ordo 3 Decomeduse, contoh
aurellia aurita
Kelas Anthozoa
Sub kelas Alcyonaria
Ordo 1 Stolonifera, contoh
Clavularia
Ordo 2 Talestacea, contoh
Talesco
Ordo 3 Alqinacea, contoh
Xenia
Ordo 4 Cucnutheclia,contoh
Heliphora
Ordo 5 Gogonacea,contoh
Gorgonea
Ordo 6 pennatolocea,
contoh pennatula
Sub kelas Zoantera
Ordo 1 Actinaria, contoh
mecdium
Ordo 2 Madreponaria,
contoh Fungia
Filum mollusca
Mollusca (dalam bahasa latin , molluscus =
lunak)merupakan hewan yang bertubuh lunak.tubuhnya lunak dilindungi oleh
cangkang.meskipun ada juga yang tidak bercangakang . hewan ini bergolong
triploblastik selomata.ada kurang dari 80000 spesies termasuk dalam filum
ini.hewan ini tidak beruas dan dilindungi oleh 1 atau lebih cangkang yang
terbuat dari kapur(kalsium carbonat).cangkang ini dibentuk oleh lapisan dinding
tubuh yang disebut mantel.tbuhnya tersusun dari 3 lapisan embrional yaitu
ekstoderm, mesoderm dan endoderm. Hewan ini memiliki coelen yang sempit.
Sebagian besar mollusca hidup dilaut tetapi banyak juga yang hidup dia air
tawar bahkan beberapa hidup didarat. Mollusca terbagi menjaji 7 kelas, yaitu:
Kelas Aplacophora
Ordo 1 Neomeniodea, contoh
Lepidomenia
Ordo 2 Chaetodermatiodea,
contoh Chaetoderma
Kelas Monoplacophora,
Contoh Neophilina Galathea
Kelas pilyplacopora
Ordo 1 Lepidoplurida,
contoh Lepidopleourus
Ordo 2 Chitoneda, contoh
Chiton
Kelas Scaphopoda, Contoh,
Dentalium
Kelas Gastropoda
Sub kelas 1 Prosobranchia,
contoh Nerita babylonia
Sub kelas 2
Ophistobrancia, contoh Bulla apysia elysia
Sub kelas 3
Pulmonata,contoh Acthatina fulica limax lymnaina
Kelas pelecypoda atau
Bivalvia
Sub kelas 1 paleotaxodonta
, contoh Nululca yoldia
Sub kelas 2
Paleohorodonta, contoh Cpontoh Anodonta
Kelas Chepalopoda
Sub kelas 1 Nautteliodea ,
contoh nautilus
Sub kelas 2 Ammonoidae,
contoh Ammonitas
Sub kelas 3 Colodea,
contoh Sepia dan Loligo
Filum Arthopoda
Arthopoda berasal dari bahasa yunani (arthos=sendi,dan
podos=kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas-ruas.habitatnya
diair dapat mncapai kedalaman lebih dari 6000 M dan didarat dapat mencapai
ketinggian 7000 M. Sifat hidupnya ada yang bebas atau parasit pada organisme
lain . hampir 90% dari seluruh jenis hewan yang diketahui orang adalah
Artrhopoda.Arthropoda dianggap berkerabat dekat dengan Annelida,contohnya
adalah peripetus diafrika selatan. Menurut Engeman dan Hegner filum atrhopoda
dibedakan menjadi 4 sub filum ,yaitu: Trilobita, Chelicerata, Onychopora,
Mandibulata. Terdapat 5 kelas yang umum kita temukan adalah kelas Chilopoda,
Crristacea, Diplopoda dan insecta.
Kelas Arachnidea
Ukuran tubuh arachnidea bervariasi dari 0,5 sampai 9 cm.
Arachnida merupakan hewan terrrestrial
yang hidup secara bebas maupun parasit. Contoh hewan kelas ini adalah
laba-laba, kaljengking, dan tungau. Hewan-hewan tersebut memiliki antena dan
rahang sesungguhnya. Tubuh memiliki sebuah cefalotoraks dan abdomen serta
pasangan pertamaa apendiks adalah kalisera (kastawi, 2005).
Kelas Chilopoda
Tubuh pipih dorso-ventral dan terdiri dari 15-173 segmen
pada setiap segmen tubuh terdapat sepasang kaki kecuali dua segmen terakhir dan
satu segmen tepat di belakang kepala. Di daerah kepal terdapat sepasang antena
panjang yang sedikitnya tersusun atas 12 segmen, sepasang mandibula dan 2
pasang maksila (kastawi, 2005).
Contoh, dari hewan kelas
ini adalah Lithobius forficatus.
Kelas Diplopoda
Tubuh kelas hewan ini bulat panjang. Mulutnya terdiri
dari 2 pasang maksila dan bibir bawah. Pada setiap segmen tubuhnya terdapat 2
pasang kaki dan 2 pasang spirakel. Hewan ini bersifat herbivora dan pemakan
organisme. Gerakan hewan ini lambat dengan kaki yang bergerak seperti
gelombang. Bila terganggu hewan ini akan menggulung tubuhnya dan pura-pura
mati. Contoh dari hewan ini adalah kaki seribu.
Kelas Crustacea
Crustacean memiliki kulit yang keras, memiliki habitat di
air laut, air tawar dan payau permukaan tubuh dilindungi oleh kutikula yang
tersusun oleh zat kithin ditambah garam-garam mineral yang sangat keras.
Eksosekeleton menutupi seluruh permukaan tubuh kecuali pada tempat perhubungan
yang menjadi tipis dan lunak agar mampu bergerak ( kastawi 2005). Tubuhnya
terdiri dari 2 bagian yaitu kaput dan toraks yang menyatu membentuk
sefalotoraks serta abnomen. Contoh hewan dari kelas ini adalah lobster, udang
dan kepiting.
Kelas Insecta
Insecta memiliki ciri-ciri kakinya memiliki 6 buah.
Insecta dapat hidup diberbagai habitat yaitu air tawar, air laut dan darat.
Insecta ada yang hidup bebas maupun parasit. Tubuh insecta terbagi atas bagian
kaput, torak dan abnomen. Insecta merupakan satu-satunya invertebrate yang
terbang. Contoh, kupu-kupu, nyamuk, lebah dan lalat.
Filum Echinodermata
Filum Echinodermata ( dari bahasa yunani untuk kulit berduri) adalah sebuah filum
hewan laut yang mencakup bintang laut, tripang, dan beberapa kerabatnya.
Kelompok hewan ini ditemukan dihampir semua kedalaman laut. Filum ini muncul
diperiode kambrium awal dan terdiri dari 7.000 spesies yang masih hidup daan
13.000 spesies yang sudah punah. Lima kelas yang mencakup:
Kelas Asterroidea
Ordo 1 Platisterida, contoh
Planester
Ordo 2 Hemizonida, contoh
Taericatis
Ordo 3 Phanerozonia,
contoh Ctenodiscus
Ordo 4 Spinolusa, contoh
Asterina
Ordo 5 Forcipulata, conto
Plynopodia
Kelas Ophiureidhea
Ordo 1 Ophiurae, contoh
Ophirotrix
Ordo 2 Eurialae,
Gorgonopodia
Kelas Echinoidea
Ordo 1 Lepidocentroida,
contoh Arbacia
Ordo 2 Camodonta, contoh
Echinocerdium
Ordo 3 Spangoida, contoh
Echinocerdium
Kelas Holothuroida
Ordo 1 Asphidochirota,
contoh Holothuroida
Ordo 2 Elasipoda, contoh
Plagothuroida
Ordo 3 Dundrothuroida,
contoh Cucumaria
Ordo 4 Apoda, contoh
Leptosihapta
Kelas Crinoidea
Ordo 1 Innadunata
Ordo 2 Articulata
BAB III
METODOLOGI
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dalam
kegiatan praktikum lapangan kali ini tergolong dalam penelitian deskriptif
eksploratif. Keanekaragaman hewan invertebrata bentik hyang hidup di perairan
pasang-surut Pantai Bama TN Baluran diperoleh dengan menggunakan metode kuadrat
yang diletakkan atau dipasang pada titik perpotongan garis transek (grid) dan
metode belt transect atau transek garis. Sedangkan keanekaragaman
jenis hewan tanah di kawasan Savana Bekol TN Baluran diperoleh menggunakan
metode jebakan (pit fall trap), dan
keanekaragaman jenis serangga malam di kawasan Hutan Musim TN Baluran diperoleh
menggunakan metode light trap
(perangkap cahaya).
3.2 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum
lapangan ini seluruhnya mengambil tempat kawasan Taman Nasional Baluran.
Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari yaitu hari Sabtu-Minggu, tanggal 9
Mei-10 Mei 2015.
3.3 Instrumen Penelitian
a.
Alat dan bahan untuk pengambilan
sampel hewn invertebrata bentik
Alat dan bahan, antara lain :
1.
Termometer tanah
2.
pH universal
3.
Tali raffia
4.
Pinset besar
5.
Lup
6.
Kuadarat 1x1 m
7.
Kompas bidik
8.
Lux meter
9.
Alkohol 70 %
|
10. Rol meter
11. Higrometer
12. Nampan
13. Kantomh plastik
14. Karet gelang
15. Kertas gelang
16. Kamera
17. Buku identifikasi hewan invertebrata
|
b.
Alat dan bahan untuk pengambilan sampel hewan tanah
Alat dan bahan, antara lain :
1.
Termometer tanah
2.
Kantong plastik
3.
Kayu dengan bendera penanda
4.
Gelas aqua
5.
Botol film
6.
Kompas bidik
7.
Mikroskop stereo
8.
Cawan arloji
9.
Kuas kecil
10. pinset
|
11. Cetok
12. Roll meter
13. Tali raffia
14. Kertas label
15. Spidol marker
16. Aquades
17. Formalin
18. Gliserin 5%
19. Alkohol
|
c.
Alat dan bahan untuk pengambilan
sampel serangga malam
Alat dan bahan, antara lain :
1.
Mika yang dibentuk menjadi bangun
limas segiempat yang diberi lubang pada bagian ujungnya dengan ukuran sisi 1
m dan tinggi 1,2 m.
2.
Botol film
3.
Gelas aqua
4.
Lampu LED
|
5.
Kuas kecil
6.
Nampan/ baki
7.
Mikroskop stereo
8.
Air
9.
Larutan formalin
10. Minyak goreng
11. Kertas label
12. Tali raffia
13. Senter
|
3.4 Prosedur Kerja
a.
Metode kuadrat untuk sampel hewan
invertebrata bentik, antara lain :
1. Pembagian kelompok peserta menjadi 10
kelompok, untuk memudahkan bimbingan. Masing-masing kelompok mengamati lokasi
dan stasiun yang berbeda sesuai dengan ketentuan.
2. Pemetaan lokasi pengamatan dibuat
dengan membagi daerah pengamatan ke dalam jalur-jalur transek dengan jarak
tertentu (jarak antar garis transek 10 m dan jarak antar plot 5 m).
3. Pemetaan lokasi, pengamatan dan
pencuplikan data dilakukan pada saat terjadi surut terendah (pasut purnama/
“spring-tide”). Pada saat terjadi pasang surut purnama akan terjadi air surut
sangat rendah jauh dari air pasang yang sangat tinggi. Pasut purnama biasanya
terjadi pada tanggal 14-16 bulan jawa atau pada tanggal 1 bulan jawa (bulan
gelap). Tujuh sampai delapan hari sebelumnya dan sesudah purnama terjadi pasut
perbani (“neao-tide”), dimana air surut tidak terlalu rendah/ jauh dari pasang
air tidak terlalu tinggi.
4. Pengambilan sampel dilakukan dengan
meletakkan kuadran berukuran 1 m x 1 m pada titik stasiun di garis transek,
hewan makrozoobentos yang ditemukan di dalam kuadran pada permukaan substrat,
dasar substrat dan dalam substrat diambil dengan menggunakan alat bantu berupa
sekop sampai pada kedalam 15 cm. Selanjutnya makrozoobentos yang telah diambil
dicatat jenis dan jumlahnya, diukur panjang dan lebarnya dengan mistar, serta
didokumentasikan.untuk sampael dilakukan dengan mengguanakan pinset atau pisau
kecil.
5. Selain itu, lakukan pengukuran
fisiko-kimia bersamaan sengan pencuplikan hewan, seperti salinitas air,
konduktivitas air, pH air, intensitas cahaya, dll.
6. Pada saat pengamatan setiap stasiun
juga dicatat atau dibuat cuplikan substrat.jenis substrat berupa substrat
pasir, pasir berlumpur, pasir berbatu, berbatu, pecahan karang, kolono kerang
hidup, dll.
7. Jika ada penghitungan di temukan jenis
yang belum ditemukan namanya (belum terindetifikasi) diambil contohnya satu
sampai dua ekor dan dimasukkan ke dalam kantong plastik berlabel. Cara
pemberian label sesuai dengan kelompok kerja, stasiun kelompok hewannya. Misal
lll-2-P-1 (sampel dari kelompok lll, pada stasiun 2, dan jenis hewan Porifera
1). Hal ini perlu untuk mengklarifikasikan jenis dan datanya pada saat
komplikasi data. Jika ternyata ada hewan yang sama diberi kode atau label yang berbeda oleh
kelempok lainnya, segera samakan kode tersebut dengan kesepakatan untuk tidak
mengacaukan data.
8.
Masukkan data pengamatan, data
lapangan dalam tabel setelah selesai pengamatan, segera komplikasi data agar
tidak rusak/ hilang.
9. Untuk hewan-hewan yang akan digunakan
sebagai awetan basah di laboratorium segera bersihkan dan masukkan dalam
larutan pengawet (formalin 5-10% atau alkohol 70%). Untuk hewan-hewan yang akan
dibuat sebagai aweta kering, segera bersihkan jaringan lunaknya di cuci,
kemudian keringkan. Untuk karang, jaringan lunakknya bisa dibersihkan dengan
cara merendam karang tersebut dalam larutan detergen selama 1-2 hari. Kemudian
cuci dengan air keran yang mengalir deras.
b.
Metode pit fall trap untuk sampel hewan tanah, antara lain :
1.
Melakukan observasi untuk mengetahui
lokasi penelitian di Savana Bekol TN Baluran.
2. Menentukan lokasi pengambilan cuplikan
yang dimulai dari bagian tepi Savana menuju arah pantai Bama sebanyak 3 plot
untuk masing-masing kelompok.
3.
Memasang jebakan pit
fall trap pada masing-masing plot.
4. Menggali tanah dengan kedalam ± 10-5
cm (setinggi gelas air mineral yang digunakan sebagai perangkap) dengan cetok.
5. Memasukkan gelas air mineral yang
telah berisi campuran aquades, alkohol, dan gliserin (perbandingan 3:1:1) ke
dalam tanah yang telah digali.
6.
Meratakan permukaan tanah dengan
bagian mulut gelas air mineral.
7.
Menutupi gelas air meneral dengan
serasah daun
8.
Menancapkan bendera penanda di dekat
gelas air mineral pada setiap plot.
9.
Mengambil jebakan pit fall trap setelah ± 24 jam.
10.
Memasukkan spesimen dan larutan di
dalam gelas ke dalam plakon menggunakan kuas da sprayer.
11.
Memberi folmali 3 tetes pada setiap
plakon dan memberi kertas label.
12.
Mengukur faktor abiotik setiap plot.
13.
Mengamati dan mencatat kondisi
lingkungan tiap plot.
14. Melakukan kegiatan identifikasi
lanjutan di Laboratorium Biologi Dasar Universitas Muhammadiyah Jember.
c.
Metode light trap serangga malam, anatara lain :
1.
Mengolesi gelas aqua dan mika dengan
menggunakan minyak goreng secukupnya.
2. Memasang jebakan bagi serangga malam,
yaitu mika dibentuk menjadi bangun limas segiempat, masing-masing sudutnya
diikatkan pada pohon. Ujungnya yang berlubang dihubungkan dengan gelas aqua
yang telah diolesi mnyak goreng.
3.
Memasang lampu diatas mika jebakan.
4.
Pemasangan light trap dilakukan pada pukul 17.00 WIB.
5.
Mengamati serangga malam yang terjebak
light trap dimulai dari pukul
19.00-21.00 WIB. Pengambilan serangga dilakukan setiap dua jam sekali.
6. Setelah dua jam, mengambil light trap yang telah dipasang dan
menggantinya dengan light trap yang
baru untuk pengamatan pada jam berikutnya.
7.
Memindahkan specimen dari light trap yang telah berisi serangga
yang sudah terjebak ke dalam botol film yang telah berisi air dan larutan
formalin dengan menggunakan kuas.
8.
Memberikan label/ identitas pada botol
plakon.
9. Melakukan pengamatan di laboratorium
biologi menggunakan mikroskop stereo dan kunci determinasi serangga.
10.
Memasukkan data yang diperoleh ke
dalam tabel data light trap.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Keanekaragaman Hewan Invertebrata
Bentik di Pantai Bama TN Balura
1.
Deskripsi spesies hewan bentik yang
ditemukan
a.
Spesies 1 : Teripang (Holothuria
atra)
Klasifikasi
Filum :
Echinodermata
Kelas : Holothuroidea
Ordo :
Asphidoechirota
Famili :
Holothuriadea
Genus :
Holothuria
Spesies :
Holothuria atra
Deskripsi
Hewan bentik ini ditemukan
pada plot, dengan jarak 5 meter dari pesisir pantai. Ciri- ciri dari hewan ini yaitu
tubuhnya berbentuk bundar/ bulat panjang, punggungnya berwarna abu-abu sampai kehitam hitaman dengan
garis berwarna hitam di seluruh bagian tubuh. Ketika hewan ini diraba akan
terasa kasar dan hewan ini banyak ditemukan di sela-sela karang, baik yang
masih hidup atau karang yang sudah mati, dan banyak ditemukan di perairan yang
dasarnya mengandung pasir, seperti pesisir pantai Bama.
b.
Spesies 2 : Kerang
Klasifikasi
Filum :
Mollusca
Kelas :
Bivalvia
Ordo :
Metiloida
Famili :
Methilidae
Genus :
Perna
Spesies :
Perna viridis
Deskripsi
Hewan ini ditemukan di
pesisir pantai, ditemukan di antara pasir pantai ketika hewan ini berjalan.
Ciri-ciri hewan ini yaitu panjang tubuhnya 6,5-8,5 cm dan diameter sekitar 1,5
cm, kerang ini tidak memiliki kepala, organ yang terdapat pada kerang adalah ginjal,
jantung dan anus. Kerang yang kami temukan sangat kecil dan tidak berbahaya.
c.
Spesies 3 : Bintang Laut Ular
Klasifikasi
Filum :
Echinodermata
Kelas :
Ophiuroidea
Ordo : Ophiurida
Famili :
Eukarya
Genus :
Ophiupetra
Spesies :
Ophiupetra lithographica
Deskripsi
Bintang laut ular
ditemukan di luar plot yang kami pasang. Mengambilnya menggunakan pinset,
ciri-ciri hewan ini yaitu memiliki lengan berjumlah 5 atau kelipatannya, dapata
bergerak cepat, kaki ambulakral madreporit, mulut bagian oral tidak memiliki
anus. Ketika disentuh, buntang laut ular ini terasa kasar, kami hanya
mendapatkan satu bintang laut ular.
d.
Spesies 4 : Karang (Acropora
millepora)
Klasifikasi
Filum :
Cnidaria
Kelas :
Anthozoa
Ordo :Scleractinia
Famili :Acroporidae
Genus :
Acropora
Spesies :
Acropora millepora
Deskripsi
Karang ini kami temukan
atau kami dapatkan di pesisir pantai , ciri-ciri dari hewan ini yaitu memiliki
nematokist (sel penyengat), memiliki simetri tubuh radial (memotong bidang melalui pusat
menciptakan segmen identik), memiliki bagian atas dan bawah tetapi tidak
memiliki sisi, termasuk hewan karnivora/ pemakan invertebrata kecil, tidak
memiliki organ atau sistem organ (hanya jaringan yang mengandung sel-sel khusus
yang dikelompokkan), tidak memiliki otak tetapi infus saraf berjalan melalui
tubuh dan mampu mendeteksi sinyal dari lingkungan.
e.
Spesies 5 : Bintang Laut
Klasifikasi
Filum :
Echinodermata
Kelas :
Asteroidea
Ordo :
Platyesterida
Famili :
Ophidlasteridae
Genus :
Protoreaster
Spesies :
Protoreaster nodosus
Deskripsi
Bintang laut ini ditemukan
di pesisir pantai dan ditemukan di daerah plot yang kami pasang. Ciri-ciri dari
hewan ini yaitu tubuh simetri radial dan memiliki rangka yang mampu membantu
pergerakan bintang laut, bintang laut bergerak menggunakan sistem vaskular air
(ambulakral), dimana kaki tabung terletak di bagian ventral lengan, bagian bawahnya
disebut oral dan bagian atas disebut permukaan aboral.
f.
Spesies 6 : Teripang Pasir (Cucumaria frandosa)
Klasifikasi
Filum :
Echinidermata
Kelas :
Holothuroidea
Ordo :
Dendrochirotida
Famili :
Cucumariidae
Genus :
Cucumaria
Spesies :
Cucumaria frondosa
Deskripsi
Teripang ini ditemukan di
pesisir pantai, dimana hewan ini ditemukan di luar plot yang kami pasang.
Ciri-ciri dari hewan ini yaitu tubuhnya lunak dengan bulat memanjang dan
ditutupi oleh lapisan lunak yang terdiri atas Ossicle yang sangat kecil, bergerak lambat, hidup di atas substrat
pasir, lumpur pasir, maupun dalam terumnu karang, mulut terletak dibagian
anterior, memiliki otot yang melingkar dan otot yang memendek dan memungkinkan
melakukan pergerakan seperti cacing dan memiliki alat pencernaan, sistem
respirasi, dan oargan ekskresi menggunakan respiratory
free, alat reproduksi terpisah.
4.2 Keanekaragaman Hewan Invertebrata
Hewan Tanah di Savana TN Baluran
1.
Deskripsi spesies hewan bentik yang
ditemukan
a.
Spesies 1 : Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
Klasifikasi
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo : Hermiptera
Famili : Alydidae
Genus :
Leptocorisa
Spesies :
Leptocorisa acuta
Deskripsi
Walang sangit merupakan
hewan tanah yang ditemukan di Savana Bekol TN Baluran. Hewan ini didapatkan
dengan cara memasang perangkap pit fall
trap, hewan ini didapatkan di stasiun 1. Ciri-ciri hewan ini yaitu bentuk
tubuh langsing dan memanjang, berukuran sekitar 1,5-2 cm, berwarna coklat
kelabu dan ada juga yang berwarna hijau, berkaki panjang, memiliki belalai
(proboscis) untuk menghisap cairan tumbuhan, memiliki aroma atau bau yang khas,
walang sangit merupakan anggota ordo Hermiptera (bangsa kepik sejati).
b.
Spesies 2 :
Klasifikasi
Filum :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies :
Deskripsi
Pada pit fall
trap di stasiun 2, kelompok kami tidak mendapatkan spesies hewan tanah
apapun, pit fall trap yang kami
pasang hanya berisi rerumputan yang kami gunakan untuk menutupi jebakan yang
kami buat.
c.
Spesies 3 :
Klasifikasi
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Coleoptera
Famili :
Meloidae
Genus :
Spesies :
Deskripsi
Kumbang dari ordo
Celeoptera yang ditemukan di stsiun 3, merupakan Famili dari Meloidae.
Ciri-ciri dari hewan ini yaitu panjang tubuhnya 14-27 mm, kepla hitam dan
punggung berwarna orange-merah, putih, berambut panjangsampai akhir elytra,
cambuk antena majoriti, elytra tipis dan lembut, tidak berkilat, musim 5
kepala, leher panjang, hipertropi badan. Pada stasiun 3 ini hanya di temukan
satu kumbang dari Famili Meloidae.
4.3 Kearagaman Hewan Invertebrata Serangga
Malam di Hutan Musim TN Baluran
1.
Dskripsi spesies serangga malam yang
ditemukan
a.
Spesies 1 : Kumbang Daun (Famili chrysomelidae)
Klasifikasi
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo : Celeoptera
Famili : Chrysomelidae
Genus :
Famili
Spesies :
Famili chrysomelidae
Deskripsi
Kumbang daun merupakan
hewan nokturnal, kumbang daun lebih menyukai cahaya yang melingkar (tersebar
rata) dari pada cahaya yang hanya menuju satu arah (tidak tersebar rata), tubuh
relatif kecil, pendek, gemuk dan bulat telur, banyak yang berwarna cerah dan
mengkilap (contohnya warna hijau), kepala tidak memanjang menjadi suatu
moncong, ujung abdomen biasanya tertutup elyptra, antena pendak, kurang dari
setengah panjang tubuhnya. Torsi nampaknya 4-4-4 tetapi sesungguhnya 5-5-5
(ruas ke-4 kecil). Larva umumnya abu-abu kehitaman, agak gemuk dan mempunyai
seperti duri-duri depermukaan tubuhnya. Ditemukan di area Hutan Musim TN
Baluran.
b.
Spesies 2 : Kumbang Kopra (Famili cleridae)
Klasifikasi
Filum :
Arhtropoda
Kelas :
Insecta
Ordo : Celeoptera
Famili : Cureulionidae
Genus :
Famili
Spesies :
Famili cleridae
Deskripsi
Merupakan hewan nokturnal
yang menyukai cahaya, tubuhnya memanjang, beberapa berwarna gelap, pronotum
biasanya lebih sempit dari pada kepala. Elyptra kadang-kadang lebih sempit dari
kepala. Antena cubbed, kadang-kadang serrate atau pictinate ditemukan di Hutan Musim TN Baluran.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum lapang, yang
dilakukan pertama kali yaitu membuat perangkap pit fall trap, yang dilakukan di Savana TN Baluran. Spesies yang di
dapatkan yaitu hewan tanah , dimana spesies yang terperangkap yaitu berasal
dari Filum Arthropoda, Kelas Insecta.
Filum Arthropoda
Arthropoda
berasal dari bahasa Yunani yaitu “arthron”, yang berarti “ruas, buku,
atau segmen” dan “pous (podos)”yang berati “kaki”, apabila
disatuakan berati (kaki yang berbuku-buku”. Cara
hidup dan habitat Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup
bebas, parasit,komensal, atau simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai
kelompok hewan ini, misalnyanyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung,
belalang, dan lebah. Karakteristik umum dari filum
ini, yaitu :
a. Tubuh
beruas-ruas yang terbagi atas kepala (caput), dada (thoraks), dan badan
belakang (abdomen). Beberapa diantaranya ada yang memiliki kepala dan dada yang
bersatu (cephalothoraks)
b. Memiliki
3 lapisan (triploblastik) yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm dengan rongga
tubuh.
c. Bentuk
tubuh simetris bilateral
d. Bagian
tubuh terbungkus oleh eksoskelet yang mengandung khitin
e. Alat
pencernaan makanan lengkap terdiri atas mulut, kerongkongan usus, dan anus
f. Sistem
reproduksi terpisah, artinya ada hewan jantan dan ada hewan betina. Reproduksi
terjadi secara seksual dan aseksual (partenogenesis dan paedogenesis).
Filum
ini terbagi menjadi beberapa kelas yaitu Crustacea, Insecta, Arachnoidea, dan Myriapoda.
Kelas Insecta
Insecta (dalam bahasa
latin, insecti = serangga). Hewan ini merupakan satu-satunya kelompok
invertebrata yang dapat terbang, contohnya belalang /kupu-kupu.
Ciri
khusus dari kelas Insecta yaitu :
• kakinya
yang berjumlah enam buah. Karena itu pula sering juga disebut hexapoda.
• Tubuh
insecta beruas-ruas, terdiri atas segmen : kepala, dada, perut.
Spesies
yang ditemukan di perangkap pit fall trap antara lain :
a.
Spesies 1 : Walang Sangit (Leptocorisa
acuta)
Klasifikasi
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Hermiptera
Famili :
Alydidae
Genus :
Leptocorisa
Spesies :
Leptocorisa acuta
Deskripsi
Walang sangit merupakan
hewan tanah yang ditemukan di Savana Bekol TN Baluran. Hewan ini didapatkan
dengan cara memasang perangkap pit fall
trap, hewan ini didapatkan di stasiun 1. Ciri-ciri hewan ini yaitu bentuk
tubuh langsing dan memanjang, berukuran sekitar 1,5-2 cm, berwarna coklat
kelabu dan ada juga yang berwarna hijau, berkaki panjang, memiliki belalai
(proboscis) untuk menghisap cairan tumbuhan, memiliki aroma atau bau yang khas,
walang sangit merupakan anggota ordo Hermiptera (bangsa kepik sejati).
b.
Spesies 2 :
Klasifikasi
Filum :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies :
Deskripsi
Pada pit fall trap di stasiun 2, kelompok kami tidak mendapatkan spesies
hewan tanah apapun, pit fall trap
yang kami pasang hanya berisi rerumputan yang kami gunakan untuk menutupi
jebakan yang kami buat.
c.
Spesies 3 :
Klasifikasi
Filum :
Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo :
Coleoptera
Famili :
Meloidae
Genus :
Spesies :
Deskripsi
Kumbang dari ordo Celeoptera
yang ditemukan di stsiun 3, merupakan Famili dari Meloidae. Ciri-ciri dari
hewan ini yaitu panjang tubuhnya 14-27 mm, kepla hitam dan punggung berwarna
orange-merah, putih, berambut panjangsampai akhir elytra, cambuk antena
majoriti, elytra tipis dan lembut, tidak berkilat, musim 5 kepala, leher
panjang, hipertropi badan. Pada stasiun 3 ini hanya di temukan satu kumbang
dari Famili Meloidae.
Pada saat melakukan
praktikum, kami memiliki sedikit kendala yaitu,
sekop yang kami bawa telalu kecil, sehingga pada saat membuat lubang
kami sedikit kesulitan, lubang yang kami buat tidak terlalu dalam. Pada stasiun
2 kami tidak mendapatkan hewan tanah, disebabkan gelas mineral yang kami
letakkan ke dalam lubang tidak rata dengan tanah.
Selanjutnya praktikum yang
kami lakukan yaitu mengambil sampel serangga malam menggunakan light trap, spesies yang didapatkan
berasal dari Filum Arthropoda, Kelas Insecta. Spesies yang ditemukan di perangkap light trap antara lain :
a.
Spesies 1 : Kumbang Daun (Famili chrysomelidae)
Klasifikasi
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :Celeoptera
Famili :Chrysomelidae
Genus :
Famili
Spesies :
Famili chrysomelidae
Deskripsi
Kumbang daun merupakan
hewan nokturnal, kumbang daun lebih menyukai cahaya yang melingkar (tersebar
rata) dari pada cahaya yang hanya menuju satu arah (tidak tersebar rata), tubuh
relatif kecil, pendek, gemuk dan bulat telur, banyak yang berwarna cerah dan
mengkilap (contohnya warna hijau), kepala tidak memanjang menjadi suatu moncong,
ujung abdomen biasanya tertutup elyptra, antena pendak, kurang dari setengah
panjang tubuhnya. Torsi nampaknya 4-4-4 tetapi sesungguhnya 5-5-5 (ruas ke-4
kecil). Larva umumnya abu-abu kehitaman, agak gemuk dan mempunyai seperti
duri-duri depermukaan tubuhnya. Ditemukan di area Hutan Musim TN Baluran.
b.
Spesies 2 : Kumbang Kopra (Famili cleridae)
Klasifikasi
Filum :
Arhtropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Celeoptera
Famili :
Cureulionidae
Genus :
Famili
Spesies :
Famili cleridae
Deskripsi
Merupakan hewan nokturnal
yang menyukai cahaya, tubuhnya memanjang, beberapa berwarna gelap, pronotum
biasanya lebih sempit dari pada kepala. Elyptra kadang-kadang lebih sempit dari
kepala. Antena cubbed, kadang-kadang serrate atau pictinate ditemukan di Hutan Musim TN Baluran.
Hewan atau spesies yang
didapatkan, termasuk hewan nokturnal yang menyukai cahaya, namun cahaya yang
lebih disukai yaitu cahaya yang melingkar (tersebar rata) dari pada cahaya yang
hanya menuju satu arah (tidak tersebar rata).
Praktikum yang selanjutnya
yaitu dilakukan di pantai Bama TN Baluran. Hewan atau spesies yang di temukan
berasal dari Filum Cnidaria, Filum Mollusca, dan Filum Echinodermata.
No comments:
Post a Comment